PPT Gerakan Pembaruan Islam Dunia

Modernisasi dalam Islam atau yang kemudian terkenal dengan Pembaruan Islam muncul sebagai hasil dari interaksi dunia Islam dan dunia Barat

Materi SKI Kelas XII Gratis Download. PPT Perkembangan Islam di Malaysia

PPT Perkembangan Islam di Malaysia membahas sejarah panjang penyebaran Islam di kawasan Asia Tenggara, khususnya Malaysia. Negara ini terletak di Semenanjung Malaka dan menjadi salah satu pusat perkembangan kerajaan Islam di Malaysia yang berpengaruh besar terhadap budaya dan identitas bangsa

Peristiwa-Peristiwa Penting dalam Dakwah Rasulullah Saw Periode Makkah

Kita ketahui bersama bahwa dakwah Rasulullah SAW dimulai dari Arab tepatnya negara Mekah, dalam dahwah tersebut nyatanya Rasul tidak dengan mudah dalam berdakwah menyampaikan wahyu dari Allah

Kisi-Kisi Assesmen MA

Dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan asesmen sumatif pada akhir jenjang pendidikan di madrasah dalam bentuk Asesmen Madrasah (AM) Tahun Ajaran 2024/2025

Pahami 10 trik Mempromosikan Reels FB

10 Tips Mempromosikan Konten Reels di Facebook. Berikut 10 Tips Mempromosikan Konten Reels di Facebook yang dapat dicoba oleh para pengguna FB pro. 1. Buat konten yang menarik Pastikan konten reels Anda menarik, informatif, dan relevan dengan target audiens.

Tampilkan postingan dengan label Aswaja. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Aswaja. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 23 Agustus 2025

Mengenal Prinsip-Prinsip Serta Ajaran Ahlussunnah Waljama'ah

Newandikabm.com - Mengenal Prinsip-Prinsip Serta Ajaran Ahlussunnah Waljama'ahDalam kehidupan sehari-hari, setiap individu tentu memiliki prinsip yang dijadikan pedoman dalam bersikap dan bertindak. Prinsip tersebut berfungsi sebagai arah agar tidak salah langkah dalam menjalani kehidupan. Demikian pula sebuah organisasi keagamaan memiliki prinsip dasar yang menjadi pegangan utama, agar tetap berada pada jalur yang benar sesuai ajaran agama.
Mengenal Prinsip-Prinsip Serta Ajaran Aswaja

Salah satu organisasi keagamaan yang berpegang pada prinsip kuat adalah Ahlussunnah Waljama’ah (Aswaja). Istilah ini merujuk pada golongan umat Islam yang mengikuti ajaran Rasulullah SAW, para sahabat, dan ulama salafus shalih dalam memahami, mengamalkan, serta menyebarkan Islam. Dengan berpegang pada prinsip Aswaja, umat Islam diharapkan mampu menjaga keseimbangan antara akidah, syariat, dan akhlak dalam kehidupan.

Prinsip-prinsip dalam Ahlussunnah Waljama’ah tidak hanya berfungsi sebagai penguat identitas, tetapi juga menjadi pedoman agar umat Islam tidak mudah terombang-ambing oleh perkembangan zaman maupun pemahaman yang menyimpang. Prinsip tersebut terwujud dalam sikap moderat, toleran, adil, dan seimbang yang menjadikan Aswaja mampu diterima oleh berbagai lapisan masyarakat.

Melalui artikel ini kita akan membahas lebih jauh mengenai prinsip-prinsip serta ajaran Ahlussunnah Waljama’ah, baik dalam bidang akidah, syariat, maupun tasawuf. Pemahaman ini penting tidak hanya bagi kalangan santri atau pelajar madrasah, tetapi juga bagi masyarakat luas agar dapat meneladani jalan hidup yang telah diwariskan oleh para ulama terdahulu.

Setelah pada materi sebelumnya kita mempelajari tentang pengertian Ahlussunnah Waljama’ah (Aswaja), maka pada kesempatan ini kita akan membahas lebih jauh mengenai prinsip-prinsip serta ajarannya. 

Materi ini penting karena akan menjadi pegangan hidup bagi umat Islam, khususnya warga Nahdliyyin, dalam menjaga kemurnian akidah, ibadah, dan akhlak sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW dan para sahabatnya.

Prinsip-Prinsip Ahlussunnah Waljama'ah

Ahlussunnah Waljama’ah memiliki empat prinsip, yaitu tawasuth (pertengahan/jalan tengah), i’tidal (tegak), tawazun (seimbang). dan Tasamuh (Toleran) Tawasuth berarti pertengahan, diambil dari firman Allah: 

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًاۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُۗ وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ ۝١٤٣

Artinya: “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. (QS Al-Baqarah: 143)

I’tidal artinya tegak lurus, tidak condong ke kanan-kanan atau ke kiri-kirian, diambil dari kata al-’adlu, yang berarti adil atau I’dilu yang berarti berbuat adillah yang terdapat dalam firman Allah: 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَاۤءَ بِالْقِسْطِۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰٓى اَلَّا تَعْدِلُوْاۗ اِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ ۝٨

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al Maidah: 8)

Tawazun artinya keseimbangan, tidak berat sebelah, dan tidak kelebihan satu unsur atau kekurangan satu unsur dan kehilangan unsur yang lain. Kata tawazun diambil dari kata al-waznu atau al-mizan yang artinya alat penimbang, diambil dari ayat: 

لَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنٰتِ وَاَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتٰبَ وَالْمِيْزَانَ لِيَقُوْمَ النَّاسُ بِالْقِسْطِۚ وَاَنْزَلْنَا الْحَدِيْدَ فِيْهِ بَأْسٌ شَدِيْدٌ وَّمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللّٰهُ مَنْ يَّنْصُرُهٗ وَرُسُلَهٗ بِالْغَيْبِۗ اِنَّ اللّٰهَ قَوِيٌّ عَزِيْزٌࣖ ۝٢٥
 
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.” (QS Al-Hadid: 25) 

Tasamuh artinya Toleran atau mau memahami perbedaan. Tawasuth, i’tidal, tawazun dan Tasamuh di atas bukanlah serba kompromistis dengan mencampuradukkan semua unsur (sinkretisme). 

Juga bukan mengucilkan diri dan menolak pertemuan dengan unsur apa-apa. Karakter tawasuth dalam Islam adalah karena memang sudah semula Allah meletakkan dalam Islam segala kebaikan, dan segala kebaikan itu pasti ada di antara dua ujung tatharuf, sifat mengujung, ekstrimisme.

Ajaran Akidah Ahlussunnah Waljama'ah

Akidah Ahlussunnah Waljama’ah adalah akidah yang moderat. Tidak terlalu ekstrim ke kanan seperti Jabbariyah tidak terlalu ekstrim ke kiri (Qadariyah). 

Ahlussunnah mengakui bahwa perbuatan manusia itu diciptakan oleh Tuhan, tetapi manusia memiliki andil juga dalam perbuatannya yang disebut dengan kasb. 

Sementara golongan Jabbariyah berpendapat bahwa semua perbuatan manusia diciptakan oleh Allah dan manusia tidak memiliki andil sama sekali dalam perbuatannya. 

Sebaliknya golongan qadariyah berpendapat bahwa perbuatan manusia diciptakan oleh dirinya sendiri. Tuhan tidak turut campur dalam perbuatan manusia. 

Dalam soal mengkafirkan orang lain, Ahlussunnah juga sangat berhati-hati. Ahlussunnah tidak menganggap orang mukmin yang berbuat dosa itu kafir dan tidak pula fasik. Tetapi ia adalah mukmin yang berdosa. Kelak di akhirat dihukum sesuai dengan dosa yang dilakukannya di dunia. 

Dalam hal melihat Allah, Ahlussunnah berpendapat bahwa kelak di surga orang mukmin bisa melihat Allah sedangkan di dunia manusia tidak bisa melihat Allah. Pendapat ini berbeda dengan pendapat Mu’tazilah yang menyatakan orang mukmin tidak bisa melihat Allah di dunia dan di akhirat.

Mengenai Al-Qur’an, Ahlussunnah berpendapat bahwa Al-Qur’an itu adalah kalamullah dan bukan makhluk. Berbeda dengan pendapat Mu’tazilah yang menyatakan bahwa Al-Qur’an itu adalah makhluk. 

Mengenai antropomorfisme, Ahlussunnah percaya bahwa Allah memiliki mata dan tangan, tetapi tidak bisa disamakan dengan mata dan tangan manusia. Sedangkan Ahlussunnah Maturidiyah berpendapat bahwa ayat-ayat tentang antropomorfisme harus ditakwilkan. Tangan Allah berarti kekuasaan Allah, wajah Allah berarti Dzat Allah, dan mata Allah berarti pandangan Allah.

Mengenai sifat, Ahlussunnah berpendapat bahwa Allah memiliki sifat tetapi sifat Allah berbeda dengan sifat makhluk. Berbeda dengan muktazilah yang berpendapat bahwa Allah tidak memiliki sifat.
 
Mengenai keadilan Tuhan, Ahlussunnah berpendapat bahwa keadilan Tuhan itu adalah menempatkan sesuatu sesuai dengan tempat yang sebenarnya. Jadi, tidak ada sesuatupun yang mewajibkan Tuhan. Sebab jika Tuhan memiliki kewajiban berarti Tuhan terpaksa.

Sebagai materi lanjutan pada pembahasan kali ini adalah Sumber Hukum Ahlussunnah Waljama'ah Dalam Fikih.  

Semoga artikel Mengenal Prinsip-Prinsip Serta Ajaran Ahlussunnah Waljama'ah ini dapat membantu memahami tentang prinsip-prinsip, serta ajaran Ahlussunnah Waljama'ah dan segala sesuatu yang berkaitan dengan Aswaja lainnya. Semoga bermanfaat bagi pendidik, pelajar, dan warga Nahdliyin.

Salam dari Newandikabm.com Wassalamualaikum Wr. Wb.
Share:

Mengenal Ahlussunnah Waljama'ah - Materi Aswaja Kelas XI Semester I

Newandikabm.com - Mengenal Ahlussunnah Waljama'ah - Materi Aswaja Kelas XI Semester I- Aswaja atau sering dikenal dengan Ahlussunnah Waljama'ah adalah paham keagamaan dalam Islam yang berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Hadits Nabi Muhammad Saw, serta kesepakatan Ulama' (Ijma') yang dipelopori oleh Imam Abu Hasan al-Asy'ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi.
Pada kesempatan kali ini admin akan berbagi terkait materi Aswaja kelas XI pada tingkatan MA, yang sangat berguna untuk menamah pengetahuan tentang Ahlussunnah Waljamaah.

Materi ini kami sajikan dalam bentuk teks bacaan yang sangat mudah dipahami, dan dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan seputar Aswaja. Artikel Mengenal Ahlussunnah Waljama'ah adalah materi pembuka pada kelas XI Madrasah Aliah.

Sebagai gambaran umum dari artikel Mengenal Ahlussunnah Waljama'ah mencakup tentang Pengertian Ahlussunnah Waljama'ah, Sejarah terbentuknya firqoh-firqoh Islam, serta Asal-usul Ahlussunnah Waljama'ah.
Berikut artikelnya.....

A. Pengertian Ahlussunnah Waljama'ah

Ahlussunnah Waljama’ah sering disingkat dengan Aswaja atau disebut juga dengan Sunni. Istilah ini populer di Indonesia. Akan tetapi, masih banyak orang yang tidak tahu, apa sebenarnya Ahlussunnah Waljama’ah itu.

Setidaknya ada dua pemahaman tentang Ahlussunnah Waljama’ah, yaitu: 

1. Ahlussunnah Waljama’ah dilihat dari kacamata sejarah Islam. 

Istilah ini merujuk pada munculnya wacana tandingan (counter discourse) terhadap membiaknya paham Muktazilah di dunia Islam, terutama pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah.

2. Ahlussunnah Waljama’ah populer di kalangan umat Islam jika dikaitkan dengan sabda Nabi saw yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah: 
 
Artinya: “Umat Yahudi telah terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan. Tujupuluh golongan masuk neraka dan satu golongan yang masuk surga. Umat Nasrani telah terpecah menjadi tujupuluh dua golongan. Tujupuluh satu golongan masuk neraka dan satu golongan masuk surga. Demi Dzat yang diri Muhammad ada di tangan-Nya, sungguh umatku akan terpecah menjadi tujupuluh tiga golongan. Satu golongan masuk surga dan tujupuluh dua masuk neraka. Lalu ditanyakan, "Siapakah mereka (yang masuk surga itu) wahai Rasulullah. Beliau menjawab, “Jama’ah.” (HR Abu Dawud & Ibnu Majah) 

Dalam hadits lain disebutkan:

Artinya: ”Orang-orang Yahudi terpecah menjadi tujupuluh satu golongan. Orang-orang nasrani terpecah menjadi tujupuluh dua golongan. Dan umatku akan terpecah menjadi tujupuluh tiga golongan. Semua masuk neraka kecuali satu. Siapakah yang selamat, Rasulullah? Ahlussunnah Waljama’ah. Siapakah ahlussunnah Waljama’ah itu? Mereka adalah yang berpegang padaku dan para sahabatku”

Lalu siapakah yang dimaksud dengan Jama’ah sebagai golongan yang oleh Nabi saw dinyatakan selamat, tidak masuk neraka? 

Menurut pandangan Syihab Al-Khafaji dalam Kitab Nasamur Riyadl bahwa satu golongan yang dinyatakan selamat dan beliau sebut Jama’ah’ itu adalah Ahlussunnah Waljama’ah. Lalu siapakah Ahlussunnah Waljama’ah itu? 

Menurut Al-Hasyiyah Asy-Syanwani Ahlussunnah Waljama’ah adalah pengikut Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan pengikut imam empat madzhab (Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, dan Imam Hanbali).

B. Sejarah Terbentuknya Firqoh-Firqoh Dalam Islam

Sesudah terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan, sebagian sahabat membaiat Ali menjadi Khalifah. Hal ini dikarenakan Ali adalah salah satu dari enam calon yang ditunjuk oleh Khalifah Umar sebelum wafat dan memperoleh suara yang sama dengan Utsman. Sayangnya, orang orang yang terlibat dalam pembunuhan Utsman juga ikut berbaiat terhadap kekhalifahan Ali. 

Hal ini menimbulkan fitnah di kalangan sebagian sahabat. Apalagi sebagian sahabat menghendaki para pelaku pembunuhan Khalifah Utsman diadili dahulu sebelum pembaiatan khalifah yang baru. Legitimasi kekhalifahan Ali tidak mencapai seratus persen dari umat Islam saat itu. 

Hal ini digunakan oleh orang-orang yang tidak menginginkan persatuan umat Islam untuk memecah belah umat hingga terjadi Perang Jamal (perang unta). Perang Jamal adalah perang antara Sayyidina Ali karramallahu wajhah dengan Sayyidatina Aisyah ummul mukminin radliyallahu ‘anha. 

Disebut dengan perang Jamal karena Aisyah mengendarai Unta. Selain perang Jamal, ada pula Perang Siffin. Perang Siffin adalah perang antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan pasukan Mu’awiyyah. 

Dalam Perang Siffin tersebut pasukan Ali hampir memenangkan peperangan. Akan tetapi, atas ide Amr bin Ash, pasukan Mu’awiyah kemudian mengajak melakukan tahkim (damai) dengan mengangkat mushaf. 

Atas desakan para qurra’, Khalifah Ali menyetujui tahkim tersebut. Lalu dilakukanlah pembicaraan oleh kedua pihak. Pihak Mu’awiyah diwakili oleh Amr bin Ash sedangkan pihak Ali diwakili oleh Abu Musa Al-Asy’ari. 

Hasil dari pembicaraan dari kedua kubu tersebut adalah peletakan jabatan dari masing-masing pihak, baik Ali maupun Mu’awiyah. Keduanya pun sepakat untuk mengumumkan hasil pembicaraan tersebut kepada publik. 

Amr bin Ash mempersilakan Abu Musa Al Asy’ari untuk berbicara terlebih dahulu dengan alasan Abu Musa Al Asy’ari lebih tua darinya. Sebagai seorang yang bertakwa dan konsisten terhadap perjanjian, Abu Musa mengumumkan peletakan kedudukan Khalifah yang dipegang oleh Ali. 

Ketika Amr bin Ash mendapat giliran untuk mengumumkan hasil pembicaraan, ternyata ia mengatakan yang berbeda dari kesepakatan. Karena Ali meletakkan jabatan, maka Muawiyahlah yang naik jabatan. 

Tentu hal ini sangat merugikan pihak Ali. Ali pun enggan melepaskan kedudukannya hingga terbunuh. Tahkim Shiffin ini menimbulkan kekecewaan besar di pihak Ali. Bahkan sebagian pengikut Ali keluar dari barisan Ali. Merekalah yang disebut Khawarij. 

Menurut Khawarij, baik Muawiyah maupun Ali keduanya bersalah. Muawiyah dianggap merampas kedudukan Khalifah yang dimiliki Ali sedangkan Ali bersalah karena menyetujui tahkim padahal dia di pihak yang benar. 

Golongan yang kedua adalah golongan Syi’ah. Golongan syi’ah adalah golongan pendukung Ali. Dan golongan yang ketiga adalah golongan Jumhur. Dari sinilah Islam pecah menjadi banyak sekte.

C. Asal-Usul Ahlussunnah Waljamaah

Berbagai macam aliran pemikiran muncul di kalangan umat Islam. Syi’ah (aliran ini juga terpecah menjadi banyak seperti Syi’ah Zaidiyah, Syi’ah Imamiyah, Syi’ah Itsna ‘Asyariyah, dan sebagainya), Khawarij, Muktazilah, Murji’ah, dan sebagainya. 

Pada akhir abad III H bertepatan dengan masa berkuasanya Al Mutawakkil, muncul dua orang tokoh yang menonjol waktu itu, yaitu Abu Hasan Al-Asy’ari (260 H - + 330H) di Bashrah dan Abu Manshur Al-Maturidi di Samarkand. 

Meskipun pada taraf tertentu pemikiran kedua tokoh ini sedikit ditemukan perbedaan, namun mereka secara bersama-sama bersatu dalam membendung kuatnya gerakan hegemoni Muktazilah yang dilancarkan para tokoh Muktazilah dan pengikutnya. 

Dari kedua pemikir ini selanjutnya lahir kecenderungan baru yang mewarnai pemikiran umat Islam waktu itu. Bahkan, hal itu menjadi mainstream (arus utama) pemikiran-pemikiran di dunia Islam yang kemudian mengkristal menjadi sebuah gelombang pemikiran keagamaan sering dinisbatkan pada sebutan Ahlussunnah Waljama’ah yang kemudian populer dengan sebutan Aswaja. 

Hal ini bukan berarti Ahlussunnah Waljama’ah baru ada sesudah Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Manshur Al-Maturidi. Pada hakikatnya Ahlussunnah Waljama’ah sudah ada sebelumnya. Terbukti golongan ini dalam hal fikih berkiblat kepada salah satu dari keempat imam madzhab (Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hanbali).

Kunjungi dan pahami artikel selanjutnya dengan sebuah judul Mengenal Prinsip-prinsip serta Ajaran Ahlussunnah Waljama'ah (Aswaja) pada link tersebut.

Semoga artikel Mengenal Ahlussunnah Waljama'ah (Aswaja) ini dapat membantu memahami tentang pengertian Ahlussunnah Waljama'ah dan segala sesuatu yang berkaitan dengan Aswaja lainnya. Semoga bermanfaat bagi pendidik, pelajar, dan masyarakat umum.

Salam dari Newandikabm.com Wassalamualaikum Wr. Wb.
Share:

Support